Rabu, 09 Maret 2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK TITRASI REDOKS Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Hilyatussa’adah / D1A140953 2.Nama/NIM : Nopya Indriany / D1A140924 3.Nama/NIM : Rohmat Saepudin / D1A140923 4. Nama/NIM : Siti Maulidina / D1A141021 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN PRINSIP PERCOBAAN Berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dengan metode permanganometri TUJUAN PERCOBAAN Untuk menentukan kadar besi (Fe) BAB II TEORI PENUNJANG Pengertian Reaksi Redoks Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat reduktor atau sebaliknya. Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi antara analit dan titran. Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya. Prinsip Kerja Titrasi Redoks Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran. Penggunaan Titrasi Redoks Penetapan Besi dalam Bijih Besi Bijih besi terdiri atas Fe2O3 (hematite), Fe3O4 (magnetit), FeCO3 (siderat), Fe2O3. nH2O (limonet), dan Fe3O4.nH2O (goethite).Prinsip pengerjaan: Gerus bijih besi sampai halus, larutkan HCl 2M. Hermatit dan magnetit larut secara lambat. Tambahkan SnCl2 untuk memperbesar kelarutan oksida-oksida besi di atas (terutama untuk oksida hidratnya). Jika terdapat silikat harus dilebur dengan Na2CO3, asamkan dengan HCl dan encerkan lalu saring. Fe(III) harus direduksi jadi Fe(II) dengan SnCl atau Yohanes Reduktor (dilarutkan dalam kolom berisi Zn amalgam). Jika digunakan reduktor SnCl2 harus dihilangkan dengan penamabahan HgCl2, agarSn(II) tidak mengganggu reaksinya Fe(II) dengan larutan baku oksidator (KMnO4 atau K2Cr2O7 dalam asam lingkungan). Titrasi dilakukan dengan larutan baku KMnO4 atau K2Cr2O7. Penetapan Klor dalam Kaporit/Kapur Klor atau Klorox Klorox : Larutan NaClO Kaporit : Ca OCl OCl + Ca(OH)2 + CaCl2 Kapur : Ca Cl OCl + Ca(OH)2 + CaCl2 Reaksi yang terjadi biasa dituliskan sebagai berikut: ClO– + I– + H+ Cl– + I2 + H2O Ca(ClO)2 + 4HCl CaCl2 +2H2O+ 2 Cl2 Cl2 + 2KI 2HCl + I2 I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na4S4O6 Indicator ang digunakan adalah amilum. BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 CARA KERJA Standarrisasi larutan standar sekunder KMnO4 Pipet 10ml larutan standar primer asam oksalat 0,1 N ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan 10ml H2SO4 2 N lalu titrasi dengan KMnO4 sebanyak 3 tetes. Selanjutnya hangatkan titrat hingga suhu 70-80 0C kemudian lanjutkan lagi titrasi hingga terbentuk warna merah jambu yang konstan. Hitung konsentrasi KMnO4 yang sebenarnya. Penentuan kadar sampel (FeSO4.7H2O) Pipet 10ml sampel ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 10ml H2SO4 2N, 10ml aquadest dan 1ml indikator kanji kemudian titrasi dengan KMnO4 hingga terbentuk warna biru yang konstan. Hitung kadar FeSO4.7H2O. 3.2 ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN Buret Beaker glass Erlenmeyer 2 buah Gelas ukur / pipet volum Pembakar spirtus Kassa & kaki tiga 3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN KMnO4 Asam oksalat 0,1 N H2SO4 2 N FeSO4 Indikator kanji BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN Perhitungan FeSO4.7H2O N = gr/mr . 1000/v 0,1 = gr/63 . 1000/100 0,1 . 91 = 10 gr = 9,1/10 = 0,91gr HASIL PERCOBAAN Asam oksalat Asam oksalat V. KMnO4 V.awal V.akhir V.terpakai 10ml 0 2,4 ml 2,4 ml 10 ml 2,4 ml 4,8 ml 2,4 ml 10ml 4,8 ml 7,2 ml 2,4 ml Jumlah 7,2 ml 14,4 ml 7,2 ml Rata - rata 2,4 ml 4,8 ml 2,4 ml Perhitungan konsentrasi KMnO4 V1. M1 = V2. M2 10. 0,1 = 4,8. M2 M2 = 0,2 M FeSO4.7H2O FeSO4.7H2O V. KMnO4 V.awal V.akhir V.terpakai 10ml 0 0,7 ml 0,7 ml 10 ml 0,7 ml 1,4 ml 0,7 ml 10ml 1,4 ml 2,1 ml 0,7 ml Jumlah 2,1 ml 4,2 ml 2,1 ml Rata - rata 0,7 ml 1,4 ml 0,7 ml Perhitungan kadar FeSO4.7H2O V1. M1 = V2. M2 10. M1 = 4,8. 0,2 N1 = 0,028 M PEMBAHASAN Titrasi permanganimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan kalium permanganat yang berwarna ungu. Kalium permanganat merupakan zat baku sekunder karena kalium permanganat tidak stabil, mudah terurai oleh cahaya dan mudah terurai oleh zat organik membentuk MnO2. Reaksi kalium permanganat dengan zat organik terbilang sangat lambat sehingga ketika membuat larutan kalium permanganat harus dipanaskan dan disaring dengan glaswol atau kacamasir, pemanasan berfungsi mempercepat reaksi permanganat dengan zat organik membentuk MnO2 yang mengendap berwarna coklat berbentuk koloid (seperti lumpur) sehingga dalam pembuatannya ketika setelah dipanaskan harus disaring terlebih dahulu agar bebas dari MnO2 ini. Jika didalam larutan KMnO4 masih terdapat MnO2 maka konsentrasi permanganat seiring berjalannya waktu makin berkurang (terurai). Oleh karenanya perlu dilakukan standarisasi berkala. Pada praktikum kali ini, saya mentitrasi asam oksalat dengan larutan baku KMnO4 dan menghasilkan volume akhir yang konstan. Kemudian, pada titrasi yang kedua saya menggunakan sampel FeSO4.7H2O dengan larutan baku KMnO4 dan menghasilkan volume yang konstan pula. BAB V KESIMPULAN Pada percobaan yang dilakukan didapat hasil Perhitungan konsentrasi KMnO4 adalah 0,2 M dan Perhitungan kadar FeSO4.7H2O di dapat hasil 0,028 M.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM BASA Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Hilyatussa’adah / D1A140953 2.Nama/NIM : Nopya Indriany / D1A140924 3.Nama/NIM : Rohmat Saepudin / D1A140923 4. Nama/NIM : Siti Maulidina / D1A141021 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN PRINSIP PERCOBAAN Berdasarkan reaksi asam basa. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menentukan larutan asam atau basa dari suatu sampel. BAB II TEORI PENUNJANG Pengertian Titrasi Titrasi merupakan salah satu cara untuk mentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Titik Ekuivalen Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7. Prinsip Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 CARA KERJA I. Pembuatan larutan standar primer 100ml asam oksalat C2H2O4.2H2O 0,1 N Timbang dengan teliti 0,63g asam oksalat kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100ml selanjutnya larutkan dengan aquadest secukupnya lalu tambahkan dengan aquadest sampai tanda batas dan kocok perlahan hingga homogen. Perhatikan cara membaca meniskus dengan tepat karena menunjang keakuratan data. II. Pembuatan larutan standar sekunder 100ml NaOH 0,1 N Timbang dengan teliti 0,4g NaOH diatas kaca arloji kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100ml selanjutnya larutkan dengan aquadest secukupnya lalu tambahkan dengan aquadest sampai tanda batas dan kocok perlahan hingga homogen. Perhatikan cara membaca meniskus dengan tepat karena menunjang keakuratan data. III. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat Masukkan larutna NaOH ke dalam buret dan atur kondisi buret untuk siap dioperasikan. Pipet 10ml larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer kemudian tambahkan 3 teets indikator PP lalu titrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna yang konstan. Hitung normalitas NaOH sebenarnya dengan rumus pengenceran. IV. Penentuan konsentrasi sampel Pipet 10ml sampel (asam asetat) ke dalam Erlenmeyer kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna yang konstan. Hitung normalitas sampel dengan rumus pengenceran. 3.2 ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN Buret Labu ukur 100ml 2 buah Gelas ukur / pipet volum Kaca arloji 3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN C2H2O4.2H2O padat NaOH padat HCl encer Indikator PP BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN Perhitungan asam oksalat 0,1 N N = gr/mr . 1000/v 0,1 = gr/63 . 1000/100 0,1 . 63 = 10 gr = 6,3/10 = 0,63gr Perhitungan NaOH 0,1 N N = gr/mr . 1000/v 0,1 = gr/40 . 1000/100 0,1 . 40 = 10 gr = 4/10 = 0,4gr HASIL PERCOBAAN Asam oksalat + metil merah Asam oksalat V.NaOH V.awal V.akhir V.terpakai 10ml 0 7,7ml 7,7ml 10 ml 7,7ml 15,4ml 7,7ml 10ml 15,4ml 23,1ml 7,7ml Jumlah 23,1ml 46,2ml 23,1ml Rata - rata 7,7ml 15,4ml 7,7ml Perhitungan Molalitas asam oksalat V1. M1 = V2. M2 10. M1 = 15,4. 0,1 M1 = 0,154 M Asam asetat + metal jingga Asam asetat V.NaOH V.awal V.akhir V.terpakai 10ml 0 17,5ml 17,5ml 10 ml 17,5ml 35ml 17,5ml 10ml 35ml 2,5ml 17,5ml Jumlah 52,5ml 70ml 52,5ml Rata - rata 17,5ml 23,3ml 17,5ml Perhitungan Molalitas asam asetat V1. M1 = V2. M2 10. M1 = 23,3. 0,1 M1 = 0,233 M PEMBAHASAN Titrasi adalah cara analasis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain. Analisis yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi disebut analisis volumetrik. Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekuivalen tercapai. Pada praktikum kali ini, saya mentitrasi asam oksalat + metil merah dengan larutan baku NaOH dan menghasilkan volume akhir yang konstan. Kemudian, titrasi yang kedua saya mentitrasi asam asetat + metil jingga dengan larutan baku NaOH dan menghasilkan volume akhir yang konstan pula. Hal ini membuktikan bahwa prosedur yang saya lakukan benar dan teliti sehingga didapat hasil yang konstan. BAB V KESIMPULAN Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa titrasi yang dilakukan berhasil dengan volume yang konstan dan berdasarkan hasil perhitungan di dapat Normalitas asam oksalat adalah 0,154 N dan Normalitas asam asetat adalah 0,233 M. LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA Modul Praktikum Kimia Analitik http://sugondopratikto.blogspot.com/2011/06/laporan-titrasi-asam-basa.html http://kamibarampek.blogspot.com/2014/06/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html http://rudysmokers.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html http://daaldeeldool.blogspot.com/2013/03/laporan-hasil-pengamatan-titrasi-asam.html

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS ANION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISI ANION Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Hilyatussa’adah / D1A140953 2.Nama/NIM : Nopya Indriany / D1A140924 3.Nama/NIM : Rohmat Saepudin / D1A140923 4. Nama/NIM : Siti Maulidina / D1A141021 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN 1.1 PRINSIP PERCOBAAN Berdasarkan reaksi dengan zat pengidentifikasi yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan warna, endapan maupun nyala api yang spesifik. 1.2 TUJUAN PERCOBAAN Mengidentifikasi adanya anion pada suatu sampel dan membuat persamaan reaksi kimia yang berdasarkan percobaan. BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Anion Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla : 1985). Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata (Ismail Besari : 1982). 2.2 Klasifikasi Anion Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada ion logam, yang dikelompokkan sebagai berikut : 1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN- 2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO42- 3. Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari : 1982). Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Ismail Besari :1982). Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood : 1993). Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang diasamkan (Ismail Besari : 1982). 2.3 Metode Mendeteksi Anion Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan (G. Svehla : 1985). Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim : 2011). Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G. Svehla : 1985). BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 CARA KERJA A. Analisis Anion Golongan 1 : 1. CO32- dari sampel Na2CO3 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml HaCl2 0,1 M dan amati perubahan yang terjadi. 2. CN- dari sampel KCN a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian masukkan lakmus merah dan tambahkan beberapa ml KOH 0,1 M hingga larutan bersifat basa lalu tambahkan 1 butir FeSO4 dan beberapa tetes HCl pekat hingga terbentuk endapan. 3. SCN- dari sampel NH4SCN a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml AgNO3 0,1 M lalu 0,5ml NH4OH dan HNO3 0,1 N. Amati setiap perubahan yang terjadi setelah penambahan reagen. 4. NO2- dari sampel NaNO2 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml FeSO4 0,5 M hingga terbentuk cincin cokelat pada batang atas. 5. BO33- dari sampel H3BO3 a. Ke dalam cawan porselen atau kaca arloji masukkan seujung spatel padatan H3BO3 kemudian tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat hingga basah lalu tuangkan 2ml methanol selanjutnya bakar campuran tersebut dan amati warna nyala api yang dihasilkan. 6. SO42- dari sampel Na2SO4 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml BaCl2 0,1 M dan HCl 0,1 N. Amati setiap perubahan yang terjadi setelah penambahan reagen. 7. SO32- dari sampel Na2SO3 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml BaCl2 0,1 M lalu segera tambahkan HCl 0,1 N dan amati perubahan yang terjadi. B. Analisis Anion Golongan 2 : 1. Cl- dari sampel NaCl a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml AgNO3 0,1 M kemudian 0,5ml NH4OH dan 0,5ml HNO3 0,1 N. Amati setiap perubahan yang terjadi setelah penambahan reagen. 2. Br- dari sampel KBr a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml AgNO3 0,1 M dan amati perubahan yang terjadi. 3. I- dari sampel KI a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml HgCl2 0,1 M dan 0,5ml KI 0,1 M lalu amati setiap perubahan yang terjadi setelah penambahan reagen. 4. CH3COOH- dari sampel CH3COOHNa a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 5 tetes H2SO4 pekat dan 0,5ml methanol lalu hirup bau yang dihasilkan. 5. NO3- dari sampel NaNO3 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml FeSO4 0,5 M lalu teteskan beberapa tetes H2SO4 pekat hingga terbentuk cincin cokelat pada batang atas. 3.2 ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN • 1 set tabung reaksi dan rak tabung • Kaca arloji • Cawan porselen 3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN • NaCl • AgNO3 0,1 M • NH4OH • HNO3 0,1 N • KBr • HgCl2 0,1 M • KI • Na2CO3 • KCN • KOH • FeSO4 • H2SO4 pekat • NaNO2 • H3BO3 • Methannol • Na2SO4 • NH4 SCN • NaNO3 • FeSO4 0,5 M BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERCOBAAN A. Analisis Anion Golongan 1 : 1. CO32- dari sampel Na2CO3 NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a Na2CO3 HgCl2 0,1 M Merah bata Ada endapan - - 2. CN- dari sampel KCN NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a KCN Lakmus merah + KOH 0,1 M FeSO4 + HCl pekat Lakmus berwarna biru. Biru - Ada endapan - Lakmus berwarna merah - - 3. SCN- dari sampel NH4SCN NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a NH4SCN AgNO 3 0,1 M NH4OH + HNO3 0,1 M Putih keruh Putih keruh Ada endapan Endapan putih - - - - 4. NO2- dari sampel NaNO2 NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a NaNO2 FeSO4 0,5 M Ada cincin coklat pada bagian atas - - - 5. BO33- dari sampel H3BO3 NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a H3BO3 H2SO4 pekat + 2ml methanol - - Warna hijau muda - 6. SO42- dari sampel Na2SO4 NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a Na2SO4 BaCl2 0,1 M + HCl 0,1 N Putih susu - - - 7. SO32- dari sampel Na2SO3 NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a Na2SO3 BaCl2 0,1 M + HCl 0,1 N Putih susu - - - B. Analisis Anion Golongan 2 : 1. Cl- dari sampel NaCl NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a NaCl AgNO3 0,1 M + 0,5ml NH4OH + 0,5ml HNO3 0,1 N. Putih keruh Endapan putih - - 2. Br- dari sampel KBr NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a KBr AgNO3 0,1 M Putih Endapan putih - - 3. I- dari sampel KI NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a KI HgCl2 0,1 M + 0,5ml KI 0,1 M Orange Endapan orange - - 4. CH3COOH- dari sampel CH3COOHNa NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a CH3COOHNa H2SO4 pekat + methanol Kecokalatan - Sekilas menyengat 5. NO3- dari sampel NaNO3 NO ANION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a NaNO3 FeSO4 0,5 M +H2SO4 pekat Terdapat cincin coklat di bagian atas - - - 4.2 PEMBAHASAN Praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi anion - anion yang ada dalam sampel. Anion - anion yang diidentifikasi antara lain CO32-, CN-, SCN-, NO2-, BO33-, SO42-, SO32-, Cl-, Br-, I-, CH3COOH -, NO3-. Untuk mengidentifikasi anion ini digunakan berbagai macam reagen (untuk mengetahui anion - anion yang ada). Pada percobaan kali ini, identifikasi dimulai dengan Golongan 1 penambahan HgCl2 0,1 M pada sampel 1 menghasilkan warna merah bata dan terdapat endapan. Lalu, penambahan Lakmus merah + KOH 0,1 M + FeSO4 + HCl pekat pada sampel ke 2 menghasilkan Lakmus berwarna biru dan larutannya berwarna biru dan terdapat endapan. Lalu, penambahan AgNO 3 0,1 M + NH4OH + HNO3 0,1 M pada sampel ke 3 menghasilkan larutan berwarna putih keruh dan ada endapan putih. Kemudian, penambahan FeSO4 0,5 M pada sampel ke 4 menghasilkan terdapat cincin coklat pada bagian atas larutannya. Lalu, penambahan H2SO4 pekat + 2ml methanol pada sampel ke 5 menghasilkan nyala api berwarnah hijau muda. Kemudian, penambahan BaCl2 0,1 M + HCl 0,1 N pada sampel ke 6 menghasilkan larutan berwarna putih susu. Lalu, penambahan BaCl2 0,1 M + HCl 0,1 N pada sampel terakhir pada anion golongan 1 ini menghasilkan larutan berwarna putih susu. Golongan 2 penambahan AgNO3 0,1 M + 0,5ml NH4OH + 0,5ml HNO3 0,1 N pada sampel 1 menghasilkan larutan berwarna putih keruh dan ada endapan putih. Lalu, penambahan AgNO3 0,1 M pada sampel ke 2 menghasilkan larutan berwarna putih dan ada endapan putih. Kemudian, penambahan HgCl2 0,1 M + 0,5ml KI 0,1 M pada sampel ke 3 menghasilkan larutan berwarna orange dan ada endapan berwarna orange. Lalu, penambahan H2SO4 pekat + methanol pada sampel ke 4 menghasilkan larutan berwarna kecoklatan dan ada bau sekilas menyengat. Kemudian, penambahan FeSO4 0,5 M +H2SO4 pekat pada sampel terakhir di golongan 2 ini menghasilkan terdapat cincin coklat dibagian atas larutan. BAB V KESIMPULAN Dari hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa Identifikasi anion dalam larutan sampel dapat dilakukan dengan analisis kualitatif berdasarkan sifat-sifat dari kation tersebut terhadap reagensia. Reagensia digunakan untuk mengidentifikasi anion didasarkan pada kemampuan untuk bereaksi dengan pereaksi lain dan membentuk warna yang khas. Dari masing – masing sampel diatas ada yang menghasilkan endapan,nyala api,atau bau yang khas itu membuktikan bahwa masing – masing sampel tersebut merupakan anion.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR ANALISIS KATION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR ANALISIS KATION Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Hilyatussa’adah / D1A140953 2.Nama/NIM : Nopya Indriany / D1A140924 3.Nama/NIM : Rohmat Saepudin / D1A140923 4. Nama/NIM : Siti Maulidina / D1A141021 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN 1.1 PRINSIP PERCOBAAN Berdasarkan reaksi dengan zat pengidentifikasi yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan warna, endapan maupun nyala api yang spesifik. 1.2 TUJUAN PERCOBAAN Mengidentifikasi adanya kation pada suatu sampel dan membuat persamaan reaksi kimia yang berdasarkan percobaan. BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Identifikasi Kation Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan sebagainya. Dengan uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu yang lama. Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang tercampur. Selain itu, dapat juga digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat, seperti Hg dan Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena bahan-bahan tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun, dapat juga sebagai pencemar yang perlu diketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila membahayakan. 2.2 Endapan Ion-ion logam pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifuge, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atu koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. 2.3 Tujuan Analisis Kualitatif Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Dengan memakai apa yangdisebut reagen golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagen golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaa kelarutan dari klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut.Di dalam reaksi pengendapan banyak diterapkan analisis kuantitatif. Pada analisis tersebut, kation mula-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Kation yang larut terbentuk endapan serupa dengan kelarutan yang cukup berlainan dapat dipisahkan dengan pengendapan selektif BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 CARA KERJA A. Analisis Kation Golongan 1 (Ag+ , Pb2+ , Hg+) 1. Ag+ dari sampel AgNO3 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml HCL 0,1N hingga terbentuk endapan putih. Selanjutnya tambahkan beberapa tetes NH4OH hingga endapan larut lalu tambahkan beberapa tetes HNO3 0,1N hingga terbentuk endapan putih lagi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NaOH 0,1N dan amati perubahan yang terjadi. c. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml amoniak dan beberapa tetes formalin hingga terbentuk endapan cermin perak. 2. Pb2+ dari sampel Pb(NO3)2 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan o,5ml HCL encer dan 1ml air panas selanjutnya tempatkan tabung reaksi dalam wadah es. Amati perubahan – perubahan yang terjadi pada setiap perlakuan. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml KI 0,1M dan amati perubahan yang terjadi 3. Hg+ dari sampel Hg2(NO3)2 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml KI 0,1M dan amati perubahan yang terjadi selanjutnya tambahkan lagi 0,5ml KI dan amati lagi perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NaON 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. B. Analisis Kation Golongan 2 (Cu2+ , Hg2+ , Bi3+) 1. Cu2+ dari sampel CuSO4 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml HCL 0,1N dan 0,5ml Na2S 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml K4[Fe(CN)6] 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. 2. Hg2+ dari sampel HgCl2 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml KI 0,1M dan amati perubahan yang terjadi selanjutnya tambahkan lagi 0,5ml KI dan amati perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NaOH 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. 3. Bi3+ dari sampel Bi(NO3)3 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml KI 0,1M dan amati perubahan yang terjadi selanjutnya tambahkan lagi 0,5ml KI dan amati lagi perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml formalin dan amati perubahan yang terjadi. C. Analisis Kation Golongan 3 (Fe2+ , Fe3+ , Zn2+) 1. Fe2+ dari sampel FeSO4 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml K4 [Fe(CN)6] 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NaOH 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. 2. Fe3+ dari sampel FeCl3 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NH4SCN 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NaOH 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. 3. Zn2+ daei sampel ZnSO4 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml NaOH 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml K4 [Fe(CN)6] 0,1M dan amati perubahan yang terjadi selanjutnya tambahkan 0,1ml NaOH 0,1M dan amati lagi perubahan yang terjadi. D. Analisis Kation Golongan 4 (Ba2+ , Ca2+) 1. Ba2+ dari sampel BaCl2 a. Celupkan kawat nikrom kedalam larutan HCl pekat lalu masukkan kawat nikrom kedalam padatan sampel pada pada kaca arloji hingga menempel pada ujung kawat kemudian masukkan nikrom ke dalam nyala api dan amati warna nyala yang dipancarkan, jika perlu gunakan kaca kobalt. 2. Ca2+ dari sampel CaCl2 a. Celupkan kawat nikrom ke dalam larutan HCl pekat lalu masukkan kawat nikrom ke dalam padatan sampel pada kaca arloji hingga menempel pada ujung kawat kemudian masukkan kawat nikrom ke dalam nyala api dan amati warna nyala yang dipancarkan, jika perlu gunakan kaca kobalt. E. Analisis Kation Golongan 5 (Na+ , K+ , Mg2+) 1. Na+ dari sampel NaCl a. Celupkan kawat nikrom kedalam larutan HCl pekat lalu masukkan kawat nikrom ke dalam padatan sampel pada kaca arloji hingga menempel pada ujung kawat kemudian masukkan kawat nikrom ke dalam nyala api dan amati warna nyala yang dipancarkan, jika perlu gunakan kaca kobalt. 2. K+ dari sampel KCl a. Celupkan kawat nikrom ke dalam larutan HCl pekat lalu masukkan kawat nikrom ke dalam padatan sampel pada kaca arloji hingga menempel pada ujung kawat kemudian masukkan kawat nikrom ke dalam nyala api dan amati warna nyala yang dipancarkan, jika perlu gunakan kaca kobalt. 3. Mg2+ dari sampel MgCl2 a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5ml sampel kemudian tambahkan 0,5ml Titan Yellow dan 0,5ml NaOH 0,1M dan amati perubahan yang terjadi. 3.2 ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN • 1 set tabung reaksi dan rak tabung • Kaca arloji • Kawat nikrom • Kaca kobalt 3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN • AgNO3 0,1 M • HCl 0,1 N • NH4OH • NaOH 0,1 M • Pb(NO3)2 0,1 M • KI 0,1M • Hg2(NO3)2 0,1 M • CuSO4 0,1 M • Na2S 0,1 M • HgCl2 0,1 M • K4 [Fe(CN)6] 0,1M • FeSO4 0,1 M • Formalin • FeCl3 0,1 M • NH4SCN 0,1 M • ZnSO4 0,1 M • BaCl2 0,1 M • HCl pekat • CaCl2 0,1 M • NaCl 0,1 M • KCL 0,1 M • MgCl2 0,1 M • Titan Yellow BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERCOBAAN A. Analisis Kation Golongan 1 (Ag+ , Pb2+ , Hg+) 1. Ag+ dari sampel AgNO3 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a AgNO3(0,5ml) HCl 0,1N (0,5ml) NH4OH (0,5ml) HNO3 0,1N - - - Endapan Putih Endapan putih Endapan Putih - - b AgNO3(0,5ml) NaOH 0,1N Coklat Endapan hitam - - c AgNO3(0,5ml) Ammoniak Formalin Putih susu - Endapan cermin perak - - 2. Pb2+ dari sampel Pb(NO3)2 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a Pb(NO3)2(0,5ml) HCl encer + 1ml air panas Ditempat es - Jernih - Endapan Putih Endapan putih Endapan Putih - - b Pb(NO3)2 (0,5ml) KI 0,1M Kuning - - - 3. Hg+ dari sampel Hg2(NO3)2 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a Hg2(NO3)2(0,5ml) KI 0,1M KI 0,1M Orange bata Keruh Endapan Orange bata - - b Hg2(NO3)2 (0,5ml) NaOH 0,1M - Endapan hijau tua - - B. Analisis Kation Golongan 2 (Cu2+ , Hg2+ , Bi3+) 1. Cu2+ dari sampel CuSO4 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a CuSO4 (0,5ml) HCl + Na2 Kehijauan bening - - - - b CuSO4 (0,5ml) K4[Fe(CN)6] 0,1M Coklat tua - - - 2. Hg2+ dari sampel HgCl2 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a HgCl2 (0,5ml) KI 0,1M KI 0,1M Orange tua Bening menyatu - Endapan orange - - b HgCl2 (0,5ml) NaOH 0,1M Kuning Ada endapan - - 3. Bi3+ dari sampel Bi(NO3)3 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a Bi(NO3)3 (0,5ml) KI 0,1M KI 0,1M Orange bening Orange bening - - - - b Bi(NO3)3 (0,5ml) Formalin Bening Ada endapan - - C. Analisis Kation Golongan 3 (Fe2+ , Fe3+ , Zn2+) 1. Fe2+ dari sampel FeSO4 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a FeSO4(0,5ml) K4[Fe(CN)6] 0,1M Biru tua Ada endapan - - b FeSO4(0,5ml) NaOH 0,1M Coklat tua Ada endapan - - 2. Fe3+ dari sampel FeCl3 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a FeCl3 (0,5ml) NH4SCN 0,1M Merah anggur - - - b FeCl3 (0,5ml) NaOH 0,1M Bening Endapan atas coklat - - 3. Zn2+ daei sampel ZnSO4 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a ZnSO4 (0,5ml) NaOH 0,1M Keruh - - - b ZnSO4(0,5ml) K4[Fe(CN)6] 0,1M NaOH Biru Bening Ada endapan - - D. Analisis Kation Golongan 4 (Ba2+ , Ca2+) 1. Ba2+ dari sampel BaCl2 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a BaCl2 HCl - - Ada, warna hijau kebiruan - 2. Ca2+ dari sampel CaCl2 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a CaCl2 HCl - - Ada, warna hijau kebiruan - E. Analisis Kation Golongan 5 (Na+ , K+ , Mg2+) 1. Na+ dari sampel NaCl NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a NaCl HCl - - Ada hijau - 2. K+ dari sampel KCl NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a KCl HCl - - Ada biru - 3. Mg2+ dari sampel MgCl2 NO KATION REAGEN HASIL WARNA ENDAPAN NYALA API BAU a MgCl HCl - - - Tidak terlalu jelas 4.2 PEMBAHASAN Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan zat tertentu dalam sample. Dalam praktikum kali ini dilakukan suatu analisa kualitatif terhadap zat-zat anorganik di mana dilakukan uji terhadap sampel-sampel berupa garam-garam yang akan diidentifikasi. Jenis kationnya melalui serangkaian uji, yaitu uji organoleptis, uji golongan, dan uji spesifik untuk menetukan kationnya. Kation-kation yang diidentifikasi antara lain Ag+ , Pb2+, Hg+, Cu2+ , Hg2+ , Bi3+, Fe2+ , Fe3+ , Zn2+, Ba2+ , Ca2+, Na+ , K+ , Mg2+. Tahap identifikasi diawali dengan pemisahan kation-kation ke dalam golongan masing-masing. Golongan yang dimaksudkan dapat dilihat seperti di bawah ini : • Golongan I : pada golongan ini kation akan membentuk endapan jika di reaksikan dengan asam klorida encer • Golongan II : kation dalam golongan ini tidak bereaksi dengan laritan asam klorida encer, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam keadaan asam. • Golongan II : kation dalam golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida maupun dengan hidrogen sulfida dalam keadaan asam, tetapi larutan ini membentuk endapan dengan amonium. • Golongan IV : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat, dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. • Golongan V : merupakan kation yang paling umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya. Sesuai dengan pembagian di atas kita dapat mengidentifikasi kation-kation dalam larutan sampel. Pada percobaan kali ini, identifikasi dimulai dengan Golongan 1 penambahan HCl 0,1N (0,5ml) NH4OH (0,5ml),HNO3 0,1N pada sampel 1 dan hasil pengamatan menghasilkan Endapan Putih. Lalu ditambahkan NaOH 0,1N pada sampel yang baru dan menghasilkan larutan berwarna coklat dan terdapat endapan hitam. Lalu ditambahkan ammoniak dan formalin pada sampel baru menghasilkan larutan berwarna putih susu dan ada endapan cermin perak. Kemudian, pada sampel ke 2 penambahan HCl encer + 1ml air panas Ditempat es dan menghasilkan larutan tidak berwarna dan ada endapan putih. Lalu ditambahkan KI 0,1M pada sampel baru menghasilkan larutan berwarna kuning. Kemudian, pada sampel ke 3 penambahan KI 0,1M menghasilkan larutan berwarna orange bata dan endapan orange bata. Lalu pada sampel baru ditambahkan NaOH 0,1M menghasilkan endapan hijau tua. Golongan 2 penambahan HCl + Na2 pada sampel 1 menghasilkan larutan berwarna hijau bening. Lalu ditambahkan K4[Fe(CN)6] 0,1M pada sampel yang baru menghasilkan larutan berwarna coklat tua. Kemudian, pada sampel ke 2 ditambahkan KI 0,1M menghasilkan larutan berwarna orange bening dan ada endapan berwarna orange. Lalu ditambahkan NaOH 0,1M pada sampel yang baru dan menghasilkan larutan berwarna kuning dan ada endapan. Lalu pada sampel ke 3 ditambahkan KI 0,1M dan menghasilkan endapan warna orange. Lalu ditambahkan Formalin pada sampel yang baru dan menghasilkan larutan bening dan terdapat endapan. Golongan ke 3 sampel 1 ditambahkan K4[Fe(CN)6] 0,1M dan menghasilkan larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan. Lalu pada sampel yang baru ditambahkan NaOH 0,1M dan menghasilkan larutan berwarna coklat tua dan terdapat endapan. Pada sampel ke 2 ditambahkan NH4SCN 0,1M dan menghasilkan larutna berwarna merah anggur. Lalu pada sampel yang baru ditambahkan NaOH 0,1M dan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan coklat dibagian atas. Kemudian, pada sample ke 3 ditambahkan NaOH 0,1M dan menghasilkan laruan berwarna keruh. Lalu pada sample yang baru ditambahkan K4[Fe(CN)6] 0,1M + NaOH menghasilkan larutan berwarna biru bening dan terdapat endapan. Golongan 3 pada sampel 1 ditambahkan HCl dan menghasilkan nyala api yang berwarna hijau kebiruan. Kemudian, pada sampel ke 2 ditambahkan HCl dan menghasilkan nyala api berwarna hijau kebiruan. Golongan 5 pada sampel 1 ditambahkan HCl dan menghasilkan nyala api berwarna hijau. Lalu pada sampel ke 2 ditambahkan HCl dan menghasilkan nyala api berwarna biru. Kemudian, pada sampel ke 3 ditambahkan Titan yellow + NaOH terdapat bau tetapi tidak terlalu jelas. BAB V KESIMPULAN Dari hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa semua sampel yang diujikan, ada beberapa sampel yang mengalami perubahan.Jadi hal ini terbukti bahwa sampel-sampel tersebut positif mengandung kation-kationdan anion-anion yang diujikan. Perubahan warna dan endapan terjadi karena ada reaksikimia yang terjadi. Adapun sampel yang tidak mengalami perubahan walupun terdapat jenis-jenis kation dan anion yang digunakan,mungkin disebabkan oleh beberapafaktor,salah satunya dari kondisi alat dan bahan (sampel maupun reagent/pereaksi) yang digunakan.

Selasa, 23 Februari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Aurelia Da Silva/ D1A140921 2.Nama/NIM : Siti Maulidina Nur Fadilah/ D1A141021 3.Nama/NIM : Syahid Devana Mahendra/ D1A140949
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN 1.1 PRINSIP PERCOBAAN Prinsip percobaan bedasarkan reaksi netralisasi 1.2 TUJUAN PERCOBAAN • Memisahkan dua jenis garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu. • Membuat Kristal garam kompleks dan karakterisasinya.   BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 ION KOMPLEKS Suatu kompleks didefinisikan sebagai ion yang tersusun dari atom pusat yang mengikat secara koordinasi sejumlah ion atau molekul netral yang dikenal sebagai ligan.(Cotton, 1989) Ion kompleks terdiri dari ion logam yang dikelilingi oleh sejumlah ligan yang berupa molekul atau ion yang mempunyai pasangan elektron bebas. Pada umumnya ion logam yang membentuk ion kompleks dan mempunyai orbital d kosong pada ikatan yang terjadi antara ion logam dan ligan adalah kovalen koordinasi. Berdasarkan ikatan valensi, ikatan pada ion kompleks terjadi karena adanya tumpang tindih orbital ligan yang berupa molekul atau ion yang mempunyai pasangan elektron bebas dengan ion yang masih kosong. 2.2 PEMBENTUKAN KOMPLEKS Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu ion (atom) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Atom pusat ini ditandai dengan bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom/ion yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masing dapat terhuni 1 ligan monodentat. Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Menurut G.N Lewis (1916), ketika menguraikan teorinya tentang ikatan-ikatan kimia yang didasarkan atas pembentukan pasangan elektron, menerangkan pembentukan kompleks terjadi karena penyumbangan suatu pasangan elektron seluruhnya oleh satu atom ligan kepada atom pusat. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain yang penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikan kelarutan, banyak endapan bisa melarut karena pembentukan kompleks 2.3 PEMBUATAN SENYAWA KOMPLEKS Untuk membuat senyawa kompleks harus diperhatikan agar hasilnya cukup banyak dan cara yang baik untuk mengisolasinya. Cara-cara isolasi itu antar lain : a. Penguapan pelarut dan pendinginan larutan yang pekat dalam campuran pendingin es garam. b. Penambahan pelarut yang bercampur dengan pelarut semula, tetapi tidak melarutkan zat terlarut. c. Untuk mempercepat kristalisasi yaitu dengan pendinginan dan penambahan kristal zat terlarut. d. Bila kompleks berupa kation, ke dalam larutan dapat ditambahkan anion yang dapat menyebabkan terjadinya endapan dan sebaliknya.   BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 CARA KERJA 1. Larutkan 20 gram CuSO4 5 H2O dalam campuran 30mL ammonia pekat dan 20mL aqua DM dalam beaker glass 100mL 2. Saring endapan biru tua dengan kertas saring whatman medium, sempurnakan pengendapan dengan 30mL alcohol. 3. Diamkan beberapa menit tempatkan ditempat yang dingin atau air es, saring Kristal biru gelap dengan penyaring Buchner 4. Cuci endaoan mula-mula dengan campuran (1:1) alcohol dan ammonia pekat, cuci kembali dengan alcohol dan eter keringkan garam ini pada temperature kamar 5. Timbang garam ini sebagai garam Cu-tetraamin sulfat 3.2 ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN • Beacker glass • Corong 3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN  CuSO4  Ammonia pekat  Alcohol  Eter   BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERCOBAAN CuSO4 20g dilarutkan dalam campuran 30ml ammonia pekat dan 20ml akuadest dalam beaker glass 100ml. kemudian saring dengan kertas saring dan didinginkan. Kemudian berhasil membentuk garam kompleks dengan warna biru muda dengan data sebagai berikut : Berat kertas saring : 0,47g x 2 = 0,94g Berat garamnya : 3,10g – 0,94g = 2,16g 4.2 PEMBAHASAN Pada proses pembuatannya saya mereaksikan 20g CuSO4 dengan campuran 30ml ammonia pekat dan 20ml akuadest dalam beaker glass 100ml. kemudian disaring dan didinginkan sehingga terbentuk garam kompleks. Pada pross ini, teknik reklistalisasi diperlukan, dimana zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan zat-zat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya. Pada hasil garam kompleks saya ini melakukan pemurnian agar memperoleh hasil garam kompleks yang murni, hal ini dilakuakan dengan mencuci endapan dengan campuran (1:1) alcohol dan amonia. Pemberian aquades ini berfungsi agar ion klorida yang mungkin masih terdapat dalm kristal kalium dapat hilang. Pada percobaan ini saya memperoleh garam kompleks, dimana garam kompleks tersebut bewarna biru muda. BAB V KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa saya dapat membuat garam kompleks dengan penyaringan yang kemudian di dinginkan dan kemudian terbentuk garam kompleks dengan warna biru muda.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR TETAPAN GAS DAN VOLUM MOLAR GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR TETAPAN GAS DAN VOLUM MOLAR GAS Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Aurelia da silva/ D1A140921 2.Nama/NIM : Siti maulidina nur fadilah/ D1A141021 3.Nama/NIM : Syahid Devana Mahendra/ D1A140949
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN 1.1 PRINSIP PERCOBAAN Prinsip percobaan bedasarkan reaksi netralisasi 1.2 TUJUAN PERCOBAAN Menentukan tetapan gas dan volume molar gas   BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Hukum Gay-Lussac Gay-Lussac mereaksikan gas oksigen dengan gas nitrogen sehingga terbentuk ammonia. Pada suhu dan tekanan yang sama, ternyata hydrogen yang diperlukan tiga kali volume gas nitrogen. Hydrogen + Nitrogen à Amoniak (1 vol) (3 vol) (2 vol) Berdasarkan volume gas pada P dan T yang sama, Lussac membuat pernyataan yang disebut hukum penyatuan volume. Hukum ini berbunyi, “volume gas-gas yang terlibat dalam suatu reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat yang sederhana” (Syukri, 1999 :30). 2.2 HUKUM AVOGRADO Hukum yang berbunyi, “pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang bervolume sama memiliki jumlah partikel yang sama pula”. Kandungan dari gas yang dinyatakan Amadeo Avogadro yaitu volume sama dari gas pada tekanan dan suhu yang sama mengandung partikel yang sama, secara matematis dapat ditulis: V α n (pada P dan T tetap), = = …. (Atkins, 1994 :11). 2.3 HUKUM BOYLE Pada suhu tetap, hasil kali tekanan dan volume tetap untuk jumlah gas tertentu: PV= C atau P1V1=P2V2 (Oxtoby, 1999 : 356). Oksigen adalah unsure yang sangat vital untuk manusia, yaitu respirasi.Gas oksigen mengembun pada suhu -1830C dan membeku pada suhu -218,40C.oksigen dapat dibuat dengan penguraian kalium klorat (KClO3). Penguraian hydrogen peroksida (H2O2) dan elektrolisis air (Purba, 2002 :165).   BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 CARA KERJA A. Tabung reaksi kosong ditimbang. B. Campuran bubuk KClO3 dan bubuk MnO2 ditimbang sampai 1-1,2 gram. C. Dimasukkan campuran KClO3 dan MnO2 kedalam tabung reaksi dan ditimbang. D. Kedalam Erlenmeyer, dimasukkan 100 ml aquades dank e dalam labu alas bundar dimasukkan aquades 250 ml. E. Set alat pembuatan oksigen dipasang, ujung selang ditiup untuk menghilangkan gelembung udara. F. Setelah gelembung udara hilang,klem diputar untuk ditutup. G. Klem dibuka, kemudian tabung reaksi yang berisi campuran KClO3 dan MnO2 yang telah terpasang pada set alat pembuatan oksigen dipanaskan, dan air dari labu alas bundar dialirkan ke Erlenmeyer. H. Setelah air dari labu alas bundar berhenti mengalir (ditandai dengan adanya gelembung udara pada selang penghubung), kemudian klem diputar untuk ditutup kembali. I. Volume air pada Erlenmeyer diukur dengan gelas ukur. J. Campuran KClO3 dan MnO2 didalam tabung reaksi ditimbanga kembali. 3.2 ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN • Labu dasar rata 500ml • Tabung reaksi pyrex • Prop tabung reaksi 1 lubang • Klem dan statif • Selang plastic dan klem • Pemanas spiritus • Gelas kimia 500ml • Gelas ukur 250ml • Prop labu 2 lubang • Thermometer 1500c 3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN  Kalium klorat  Mangan oksida BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERCOBAAN Bahan dipanaskan dan terjadi penguapan. Awalnya air menetes perlahan tetapi lama kelamaan mengalir semakin deras. Air berhenti menetes pada volume 230ml dan pada waktu 1:19. . 4.2 PEMBAHASAN Untuk dapat mengukur bobot (volume) molar suatu molekul selain menggunakan metode Canizzaro juga dapat digunakan persamaan gas ideal. Cara yang terakhir ini lebih sederhana dan lebih mudah. Seperti yang telah dilakukan oleh praktikan pada percobaan penentuan volume molar oksigen. Setelah semua peralatan dipasang, kemudian campuran KClO3 dan MnO2 pada tabung reaksi dipanaskan reaksi penguraian oksigen pada KClO3 adalah: 2KClO3 2KCl(s) + 3O2(g). Dari sini dapat diketahui bahwa setiap 1 mol KClO3 yang terurai akan menghasilkan 1,5 mol oksigen. Dan menghasilkan 1 mol endapan KCl. Oksigen yang dihasilkan mendorong air yang berada dalam labu alas bundar yang tekanan udaranya sudah disamakan dengan tekanan udara luar. Hal ini disebabkan karena sifat dasar materi yang selalu menempati ruang, sehingga oksigen yang terurai tadi mencari ruang untuk ditempati. Dari sifat dasar materi inilah dapat diketahui bahwa volume ruang ditempati oleh air terdorong keluar sebelumnya adalah sama dengan volume ruang yang ditempati oleh oksigen atau dengan kata lain volume oksigen yang terurai sama dengan volume air yang didorong keluar labu alas bundar oleh oksigen. Setelah diadakan pengukuran volume air (yang sama dengan berat oksigen) adalah sama dengan 49 mL, dari pengukuran berat tabung diperoleh 0,26 gram. Dan setelah diadakan perhitungan mo, diperoleh mol oksigen sebesar 0,008 mol. Pada perhitungan untuk penetuan volume oksigen pada STP, diperoleh volume oksigen sebesar 0,052 L. Hasil ini berbeda dengan volume molekul pada STP yang diketahui dari studi pustaka sebelumnya , yaitu 22,4 L. Perbedaan ini disebabkan karena mol O2 yang terurai tidak sesuai dengan stoikiometri reaksi yang diakibatkan oleh tidak terurainya seluruh oksigen yang terdapat pada KClO3. Pada penentuan tetapan umum gas, sebelumnya haruslah diadakan volume (V), suhu (T), dan tekanan (P) yang dimiliki oleh sistem setelah diadakan perhitungan, diperoleh R sebesar 0,0194 L atm/mol K. Pada perhitungan persentase O2 dalam campuran yang bermassa 0,26 gram diperoleh % massa O2 sebesar 46,43%.   BAB V KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengukur volume molar gas. Salah satu caranya dengan menggunakan cara yang saya lakukan diatas yang menghasilkan data air berhenti menetes pada volume ml dan pada waktu .

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR STANDARISASI LARUTAN NaOH DAN PENGGUNAANYA Oleh Nama : Rahma Islamiyati NIM : D1A140943 Partner 1.Nama/NIM : Aurelia da silva/ D1A140921 2.Nama/NIM : Siti maulidina nur fadilah/ D1A141021 3.Nama/NIM : Syahid Devana Mahendra/ D1A140949
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL GIFARI BANDUNG 2015 BAB I PRINSIP DAN TUJUAN PRINSIP PERCOBAAN Prinsip percobaan bedasarkan reaksi netralisasi TUJUAN PERCOBAAN Menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara titrasi   BAB II TEORI PENUNJANG TITRASI Titrasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Caranya adalah dengan menetesi (menambahi sedikit-sedikit) larutan yang akan dicari konsentrasinya (analit) dengan sebuah larutan hasil standarisasi yang sudah diketahui konsentrasi dan volumenya (titrant). Tetesan titrant dihentikan ketika titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen adalah titik dimana titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit. Titik ekuivalenini susah diamati. Yang bisa diamati adalah titik akhir titrasi (perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi akan dijelaskan kemudian). Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan indikator. Indikator ini akan berubah warna jika volume larutan titrant yang menetesi analitberlebih atau dengan kata lain saat larutan analit sudah bereaksi semua. TITRASI ASAM BASA Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi, pengukuran atau penentuan konsentrasi larutan asam dalam suatu campuran. Biasanya dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, yaitu larutan baku dan suatu indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir. Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa basa yang mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan. Sedangkan Ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung sutu gugus hidroksil yang tergantikan. LARUTAN BAKU PRIMER Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. LARUTAN BAKU SKUNDER Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. INDIKATOR ASAM BASA Indikator asam-basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan makhluk hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagaiAsam Lewis), umumnya Asam Karboksilat dan Amina, sehingga indikator asam-basa banyak digunakan dalam bidang kimia hayati dan kimia analitik. Mekanisme perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam-basa, pembentukan kompleks, dan reaksi redoks   BAB III PROSEDUR PERCOBAAN CARA KERJA Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat Siapkan larutan NaOH dan masukan ke dalam buret dangan bantuan corong. Ambil Asam Oksalat 1,26g, masukan ke dalan labu ukur encerkan dengan 100ml air Ambil 5ml Asam oksalat masukan kedalan Erlenmeyer. Tambahkan 3 -4 tetes indicator phenolptalein (PP) Titrasi hingga warna berubah menjadi merah muda yang bila digoyang tidak hilang Lakukan percobaan sebanyak 3x Hitung perubahan volume NaOH pada buret ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN Corong Erlenmeyer Labu ukur Buret Vol pipet Batang pengaduk Statif Klem BAHAN YANG DIGUNAKAN HCL Pekat 12N H2SO4 3ml NaOH 0,1N Phenolptalein BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PERCOBAAN Titrasi Asam oksalat dengan NaOH No V Asam Oksalat V NaOH V Terpakai V Akhir V Awal 1 5ml 33 23 10ml 2 5ml 43 33 10ml 3 5ml 29,3 19,2 10,1ml Rata - rata 30,1/3= 10,03 PEMBAHASAN Pada percobaan kedua ini praktikan melakukan titrasi asam oksalat dengan NaOH. Percobaan kedua ini mirip dengan percobaan kesatu yaitu titrasi. Titrasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Langkah pertama siapkan alat alt untuk titrasi seperti buret Erlenmeyer pipet volume, dan labu ukur. Selanjutnya ambi asam oksalat 1,26g lalu encerkan dengan 100mL dalam labu ukur. Kemudian ambil 10mL dengan pipet volume masukan kedalam Erlenmeyer lakukan sebanyak 3x. Asam oksalat 0,1M dalam 100mL M = gr/mr . 1000/v 0,1 = gr/126 . 1000/100 0,1 . 126 = 10 gr gr= 1,26 gr Selanjutnya ambil NaOH 0,4 gr larutkan dengan 100mL dalam labu ukur kemudian masukan NaOH kedalam buret. Ambil NaOH 0,1 M dalam 100mL M = gr/mr . 1000/v 0,1 = gr/40 . 1000/100 0,1 . 40 = 10 gr = 4/10 = 0,4 gr Elenmeyer yang sudah terisi asam oksalat masing masing ditambahkan dua sampai tiga tetes indikator yaitu phenolptalein (PP). Lakukan titrasi sampai terbentuk warna merah muda yang stabil (tidak hilang bila digoyangkan). Catat volume NaOH lakukan sebanyak tiga kali. Hasil percobaan titik akhir titrasi pada volume NaOH 10mL. Percobaan yang praktikan lakukan terbilang berhasil karena titik akhir titrasinya pada volume yang sama yaitu 10mL. Titik akhir titrasi divolume yang stabil.   BAB V KESIMPULAN Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa titrasi yang dilakukan pada 2 kali percobaan pertama berhasil dengan volume yang konstan, sedangkan pada percobaan ketiga volume tidak konstan. LAMPIRAN