Senin, 08 Februari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PEMBUATAN ASPIRIN (ASAM ASETIL SALISILAT)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PEMBUATAN ASPIRIN (ASAM ASETIL SALISILAT)

Oleh
1.Nama/NIM   : aurel dasilva
2.Nama/NIM   : imam
3.Nama/NIM   : rahma
4. Nama/NIM : Sri Haryati/D1A140937















LABORATORIUM KIMIA ORGANIK JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL GIFARI
BANDUNG
2015

 BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN

1.1         PRINSIP PERCOBAAN

 Pembuatan aspirin berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dan anhidrat asetat.


1.2         TUJUAN PERCOBAAN


1.2.1      Membuat aspirin dalam skala labor
1.2.2      Memahami dan mempelajari reaksi yang terjadi
1.2.3      Menghitung presentase aspirin yang dihasilkan












BAB II
TEORI DASAR

2.1        Pengertian Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetylasi. Reaksi asetylasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetyl kedalm suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam Sulfat pekat. Pada pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi.

2.2        Pembuatan Aspirin

Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh :

a)        Sintesa Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan Asetat Anhidrat dengan bantuan Asam Sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.
b)        Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan Asam Sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.
Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama Asetat Anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (George Austin, 1984 )

2.3        Rekristalisasi

Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat – zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan instrumebn spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan MS.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya ( tidak perlu alat khusus ) dan karena keefektifannya. Kedepannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi ( pada atau dekat titik didih pelarutnya ) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.(Ilham,2011)

2.4        Manfaat Aspirin

Aspirin digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai penyebab (sakit kepala, nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout, dan sebagainya), dan untuk kondisi demam, Aspirin juga berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan di dalam vena pada kaki dan panggul. Ada juga artikel yang ditulis dalam literatur medis mendalilkan penurunan kejadian kanker usus besar di antara mereka yang secara teratur mengonsumsi Aspirin pada dosis tertentu. Saat ini banyak dokter dan pasien yang menggunakan Aspirin dosis rendah (baby Aspirin atau Aspirin berdosis 81 mg) setiap hari untuk mengurangi kemungkinan mendapatkan serangan jantung dan stroke melalui aksi anti-plateletnya (pengencer darah dan mencegah pembekuan darah).

Aspirin juga telah digunakan untuk mengatasi anak-anak yang mengalami Sindrom Bartter, dan juga dalam meningkatkan penutupan Patent Ductus Arteriosus (PDA), hubungan abnormal antara aorta (arteri utama terhubung ke jantung) dan arteri pulmonalis (untuk paru-paru) pada bayi baru lahir. Jika PDA tidak menutup secara normal, operasi mungkin diperlukan untuk menutupnya (menutup dengan cara menjahit) sebelum anak memasuki usia sekolah.
















BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 CARA KERJA
Tempatkan 10g asam salisilat kering dan 15g (14ml) asetat anhidrida dalam suatu labu kecil, lalu tambahkan 5 tetes asam sulfat pekat dan kocok labu untuk pencampuran (tujuannya: agar aman). Hangatkan labu di atas penangas air pada suhu 50-600C, sambil di aduk dengan thermometer selama 15 menit. Biarkan campuran mendingin dan aduk sesekali. Tambahkan 150mL air, aduk baik-baik dan saring dengan pompa filter. Crude aspirin (asam asetil salisilat) akan diperoleh.
Aspirin dari hasil di atas dapat direkristalisasi kembali dengan penambahan asam asetat dan air (dengan perbandingan yang sama).
Berikut ini adalah salah satu metode alternative untuk memurnikan crude aspirin. Larutkan crude aspirin dalam 30mL alcohol panas, lalu tuangkan larutan ini ke dalam 75mL air. Jika terjadi pemisahan pada keadaan ini hangatkan terus campuran sampai aspirin terlarut (dengan penambahan kembali 75mL air panas). Jika masih terjadi pemisahan, hangatkan kembali campuran sampai semua aspirin terlarut sempurna. Setelah itu, biarkan larutan jernih ini mendingin pelan-pelan, hingga didapatkan Kristal aspirin yang bagus bentuknya ( seperti jarum).
Untuk mengindentifikasi aspirin yang akan diperoleh , bisa dengan cara berikut: di dalam 2 tabung reaksi yang terpisah , larutkan sedikit Kristal asam salisilat dan sedikit Kristal aspirin ke dalam 1mL methanol. Tambahkan reagen FeCl3, amati hasilnya masing-masing.

3.2          ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN


-         Labu ukur
-         Penangas air
-         Termometer
-         Pompa filter
-         Kertas Saring
-         Gelas ukur
-         Pipet ukur

 

3.3         BAHAN YANG DIGUNAKAN


-         Asam salisilat
-          asetat anhidrida
-         asam sulfat
-          alcohol
-         air panas
-          fecl3




BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1         HASIL PERCOBAAN


 4.1.1 pembuatan aspirin

NO

PROSEDUR

PENGAMATAN

1

Masa pencampuran asam asetat anhidrat,asam sulfat pekat kedalam asam salisilat kering.

Larut sebagian,setelah ditetesi larutan H2SO4 larutan menjadi panas dan warna larutan bening.

2

Setelah dipanaskan pada suhu 50-60oC

Larutan berwarna agak kekuningan tapi jernih

3

Setelah ditambahkan air 150 ml

Ada uap putih

4

Diamkan ad dingin ,Lakukan rekristalisasi

Terbentuk crude aspirin

5

Setelah proses penyaringan, berapa masa setelah dikeringkan

-


 4.1.2 pemurnian

Mula-mula
Setelah pemurnian dengan alkohor-air
Masa kristal aspirin
-
12,6
Warna kristal + FeCl3
-
ungu
Titik leleh
-
-
Bentuk kristal
-
Tidak terjadi pembentukan kristal
Rendemen teoritis
-
2,61 gram
Rendemen nyata
-
Tidak diperoleh,karena tidak terdapat  pembentukan kristal
% rendemen
-
23,37 %


4.2         PEMBAHASAN

Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat. Aspirin berupa kristal putih dan berbentuk seperti jarum. Dalam pembuatan aspirin tidak akan dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan katalisator H2SO4 pekat. Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Karena asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari phenol, tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh dari esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat.
Dalam percobaan ini, dicampurkan asam salisilat dan asam asetat an-hidrat. Digunakan asam asetat an-hidrat, karena asam asetat anhidrat memiliki gugus asetil yang merupakan leaving group yang lebih baik dibandingkan gugus hidroksi pada asam asetat, asam asetat anhidrid akan menyerang nukleofil yang ada pada asam salisilat. Asam asetat anhidrat lebih reaktif jika dibandingkan dengan asam asetat, kelebihreaktifan asam asetat anhidrat ini disebabkan oleh struktur asam asetat anhidrat yang telah kehilangan 1 atom hidrogen sehingga atom karbon menjadi elektropositif.Setelah ditambahkan asam asetat an-hidrat, selanjutnya digojog hal ini bertujuan agar asam salisilat yang berbentuk padatan dapat larut sempurna dalam larutan asam asetat an-hidrat.Kemudian campuran ditetesi dengan asam sulfat pekat. Penambahan asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi berjalan lebih cepat dan energi yang diperlukan semakin sedikit. pada penambahan asam sulfat pekat timbul panas dan letupan hal ini menunjukkan reaksinya eksoterm. setelah pencampuran dihasilkan campuran seperti bubur atau dalam fasa padat.
Campuran selanjutnya dipanaskan dalam air mendidih, pemanasan dilakukan selama 15 menit .Setelah dipanaskan campuran yang awalnya berada dalam fasa padat berubah menjadi fasa cair dan berwarna bening.Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada larutan sehingga menghasilkan aspirin dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Pemanasan ini juga bertujuan mempercepat kelarutan asam salisilat, dimana hal ini akan mempengaruhi laju reaksi yang semakin cepat karena mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul larutan tersebut. Diamkan ad terbentuk endapan.
Setelah itu, dilakukan penyaringan dengan corong buchner dan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya. Penyaringan ini dilakukan untuk mendapatkan kristal aspirin yang terdapat dalam larutan. Karena telah berbentuk padatan, kristal sulit untuk diambil jadi sebelum kristal disaring, ditambahkan air. Residu yang dihasilkan juga dibilas dengan air. Hal ini bertujuan untuk menghidrolisis kelebihan asam pada kristal aspirin. Selanjutnya, kristal aspirin yang ada pada kertas saring dikeringkan hingga kering dan setelah kering maka ditimbang di timbangan analitik.
Reaksi
Setelah ditimbang didapatkan padatan. Padatan yang didapatkan ini masih mengandung zat pengotor atau belum 100% murni.Selanjutnya padatan dibilas dengan aquades untuk menghilangkan kelebihan asam yang ada dalam aspirin.Padatan lalu dicampur dengan 30 mL alkohol, dan didapatkan larutan yang berwarna bening. Kemudian ditambahkan 75 mL air panas dan diperoleh larutan yang tetap berwarna bening. Selanjutnya seperti tahap pengkristalan awal, seharusnya larutan didinginkan dalam air es, dan setelah terbentuk kristal dioven hingga kering. Dalam praktikum yang kami lakukan terdapat kesalahan prosedur tidak didinginkan dalam air es,sehingga tidak terbentuk pengkristalan.
Untuk membuktikan apakah padatan yang dihasilkan benar-benar murni aspirin atau tidak maka ditambahkan dengan FeCl3. Ketika Besi (III) Klorida bereaksi dengan gugus fenol akan membentuk kompleks yang berwarna ungu. asam salisilat termasuk fenol, sehingga jika dalam padatan masih mengandung asam salisilat maka akan menghasilkan larutan berwarna ungu jika dimasukkan FeCl3. Namun, jika padatan adalah aspirin murni maka akan dihasilkan warna larutan yang keruh. Sebelum ditambahkan FeCl3, sebelumnya padatan dilarutakn dengan etanol agar berada dalam fasa larutan, tidak dilarutkan dalam air karena aspirin dan asam salisilat sukar larut dalam air.Pada percobaan ini didapatkan hasil larutan berwarna ungu, hal ini menunjukan padatan yang dihasilkan masih mengandung pengotor.Kemungkinan kesalahan adalah karena pemanasan larutan yang kurang lama Pemanasan dilakukan untuk menaikan kelarutan asam salisilat yang terbentuk sehingga mampu bereaksi sempurna.Selain itu, proses asetilasi asam salisilat juga dilakukan dalam kondisi bebas air. Proses pengeringan yang tidak sempurna akan menyebabkan aspirin yang terbentuk akan terhidrolisis kembali menjadi asam salisilat. Pada percobaan ini, asamsalisilat diharapkan menjadi pereaksi pembatas sehingga habis bereaksi, namun ternyata asam salisilat masih terdapat dalam padatan.
Massa aspirin teoritis yang didapatkan adalah 2,61 gram tetapi pada percobaan ini tidak dihasilkan massa sebanyak itu karena praktikum percoban ini tidak berhasil, dan prosentase rendemennya hanya23,37%. Karakter proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik. Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Keadaan inilah yang menyebabkan kristalisasi sulit untuk di kontrol. Pada percobaan ini proses pendinginan dilakukan secara manual dengan menggunakan air es dalam baskom sehingga proses pengkristalan juga kurang sempurna. Perpindahan tempat yang awal penimbangan digunakan gelas arloji lalu dimasukkan ke erlenmeyer, kemungkinan masih ada sedikit padatan yang tertinggal atau jatuh, lalu setelah pendinginan kristal di pindah dari erlenmeyer ke kertas saring yang ada dalam corong buchner, kemungkinan ada padatan yang masih tertinggal di erlenmeyer, penyaringan ini juga dilakukan dua kali. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan hasil yang didapatkan jauh dari massa teoritis.
Pada percobaan ini tidak dilakukuan pengujian titik didih, hal ini dikarenakan kurangnya waktu praktikum.
















BAB V
KESIMPULAN
1.     Asprin dapat dibuat dari asam salisilat dan asam asetat anhidrad dengan bantuan katalis H2SO4
2.     Aspirin merupakan senyawa turunan dari asam salisilat, yang dibuat dengan proses asetilasi asam salisilat dalam kondisi bebas ai
3.      Identifikasi kemurnian dari aspirin yang dihasilkan dapat digunakan larutan FeCl3
4.     Massa teoritis yang dihasilkan dalam percobaan ini adalah 2,61 , sedangkan rendemen yang dihasilkan adalah 23,37%
5.     Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan

0 komentar:

Posting Komentar